Wednesday, March 1, 2017

Model Manajemen Evaluasi Kurikulum di Sekolah dan Madrasah


Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, dan monitorig. Kurikulum juga dirancang dari tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya.
Selama ini model kurikulum yang berlaku adalah model kurikulum yang bersifat akademik. Kurikulum yang demikian cenderung terlalu berorientasi pada isi atau bahan pelajaran. Berdasarkan hasil beberapa penelitian ternyata model kurikulum yang demikian kurang mampu meningkatkan kemampuan anak didik secara optimal. Hal ini terbukti dari rendahnya kualitas pendidikan kita dibandingkan dengan negara lain.
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Sebagaimana dikemukakan oleh Wright bahwa : “curriculum evaluation may be defined as the estimation of growth and progress of students toward objectives or values of the curriculum”. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas pada efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi, kelayakan (feasibility) program.


PEMBAHASAN

A.    Pengertian Evaluasi Kurikulum
Pemahaman mengenai pengertian evaluasi kurikulum dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian kurikulum yang bervariasi menurut para pakar kurikulum. Oleh karena itu dapat kita jabarkan definisi dari evaluasi dan definisi dari kurikulum secara per kata sehingga lebih mudah untuk memahami evaluasi kurikulum.
Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menetukan nilai dari sesuatu.[1] Evaluasi dalam pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses dalam usaha untuk mengumpulkan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat keputusan. Tyler seperti yang dikutip Sukmadinata menyatakan bahwa evaluasi adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah tercapai atau terrealisasikan.
Sedangkan pengertian kurikulum, menurut Glatthorn dalam buku Zaini adalah sebagai rencana yang dibuat untuk membimbing anak belajar di sekolah, disajikan dalam bentuk dokumen yang sudah ditentukan, disusun berdasarkan tingkat-tingkat generalisasi, dapat diaktualisasikan dalam kelas, dapat diamati oleh pihak yang berkepentingan dan dapat membawa perubahan pada tingkah laku.[2]
Menurut Micheal Scriven dalam buku Nurgiantoro, mengemukakan bahwa proses penilaian terdiri dari tiga komponen, yaitu pengumpulan informasi, pembuatan pertimbangan, dan pembuatan keputusan. Ia mengartikan evaluasi sebagai “proses memperoleh informasi, mempergunakannya sebagai bahan pembuatan pertimbangan, dan selanjutnya sebagai dasar pembuatan keputusan”.[3] Evaluasi dan kurikulum merupakan dua disiplin yang memiliki hubungan sebab akibat. Hubungan antara evaluasi dan kurikulum bersifat organis, dan prosesnya secara evolusioner.[4] Evaluasi merupakan kegiatan yang luas, kompleks dan terus menerus, untuk mengetahui proses dan hasil pelaksanaan sistem pendidikan dalam mencapai tujuan yang ditentukan.
Dari pengertian evaluasi dan kurikulum di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian evaluasi kurikulum adalah penelitian yang sistematik tentang manfaat, kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi, dan efektivitas suatu program.[5]

B.     Model Evaluasi Kurikulum
Model evaluasi kurikulum menurut Hamid Hasan pada dasarnya dapat dikelompokkan pada evaluasi model kuantitatif dan model kualitatif.[6]
1.      Model Kuantitatif
Model kuantitatif ditandai oleh ciri yang menonjol dalam penggunaan prosedur kuantitatif untuk mengumpulkan data sebagai konsekuensi penerapan paradigma positivistis.
Diantara model evaluasi yang masuk pada kategori kuantitatif adalah model yang dikembangkan oleh tyler, dimana evaluasi yang dikemukakan dibangun atas dua dasar, yaitu : evaluasi yang ditujukan kepada tingkah laku  peserta didik sebelum pelaksanaan kurikulum serta pada saat peserta didik telah melaksanakan kurikulum, sehingga evaluasi difokuskan pada dimensi hasil belajar.
2.       Model Kualitatif
Karakteristik model evauasi kualitatif sebagai berikut 
a.       Menggunakan metologi kualitatif dalam pengumpulan data evaluasi.
b.      Selalu menempatkan proses pelaksanaan kurikulum sebagai fokus utama evaluasi.
c.       Data yang dikumpulkan terutama data kualitatif yang kaya dengan deskripsi dan dianggap lebih memberikan makna dibandangkan data kuantitatif yang kering, karena data kualitatif dianggap lebih dapat mengungkapkan apa yang terjadi di lapangan.
d.      Model evaluasi kualitatif adalah pengakuan adanya kenyataan yang banyak (multiple realities). Menurut pandangan kualitatif kenyataan bukan sesuatu yang dipersepsi oleh evaluator atau orang yang memberi tugas kepada evaluator atau kebenaran yang diakui orang banyak orang. Oleh karena itu, persepsi orang-orang yang terlibat seperti peserta didik, guru, kepala sekolah dan sebagainya adalah kenyataan yang mewakili masing-masing individu.

Model evaluasi kualitatif terdiri dari :
·         Model Studi Kasus.
Model studi kasus memusatkan perhatiannya pada kegiatan pengembangan kurikulum di satu satuan pendidikan.


·         Model Iluminatif
Model iluminatif mendasarkan dirinya pada paradigma antropologi sosial. Model iluminatif memberikan perhatian terhadap lingkungan luas dan bukan hanya kelas di mana suatu inovasi kurikulum dilaksanakan.
·         Model Responsif
Model renponsif dikembangkan oleh Stake. Model ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari model countenance-nya, meskipun dalam beberapa hal terdapat perbedaan yang prinsipil.

C.    Tujuan dan Fungsi Evaluasi Kurikulum
Kegiatan evaluasi kurikulum tentunya mempunyai maksud dan tujuan yang ingin dicapai, diantaranya yaitu :
1.      Menentukan efektivitas suatu kurikulum/program pembelajaran
2.      Menentukan keunggulan dan kelemahan kurikulum/program pembelajaran
3.      Menentukan tingkat keberhasilan pencapaian hasil belajar peserta didik
4.      Menentukan masukan untuk memperbaiki program
5.      Mendeskripsikan kondisi pelaksanaan kurikulum
6.      Menetapkan keterkaitan antarkomponen kurikulum
Fungsi Evaluasi kurikulum, menurut beberapa pakar:
v    Menurut Tyler             : Untuk memperbaiki kurikulum (melalui hasil               belajar evaluasi produk)
v    Menurut Cronbach      : Untuk memperbaiki kurikulum dan memberi  penghargaan
v    Menurut Scriven         : Untuk mengurangi kekurangan-kekurangan yang ada.
Scriven membedakan evaluasi kurikulum dalam 2 fungsi yakni Fungsi Formatif dan Fungsi Sumatif,
Fungsi Formatif : dilaksanakan apabila kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu dari kurikulum yang sedang dikembangkan
Fungsi Sumatif : dilaksanakan apabila kurikulum telah dianggap selesai pengembangannya (evaluasi terhadap hasil kurikulum)

D.    Pendidikan di Madrasah
Sejarah munculnya madrasah dilatarbelakangi, yaitu : pertama adanya pandangan yang mengatakan bahwa sistem pendidikan Islam tradisional dirasakan kurang bisa memenuhi kebutuhan pragmatis masyarakat. Kedua, adanya kekhawatiran atas cepatnya perkembangan  persekolahan Belanda yang akan menimbulkan pemikiran sekuler di masyarakat. Oleh karena itu, untuk menyeimbangkan perkembangan sekulerisme maka masyarakat muslim berusaha melakukan reformasi  melalui upaya pengembangan pendidikan dan pemberdayaan madrasah.
Dalam relaitasnya, madrasah tumbuh dan berkembang dari oleh dan untuk masyarakat Islam itu sendiri, sehingga sebenarnya sudah jauh lebih dahulu menerapkan konsep pendidikan berbasis masyarakat. Sampai saat ini kurang lebih  90% jumlah madrasah yang ada di Indonesia adalah milik swasta., sedangkan sisanya adalah berstatus negeri.
Selanjutnya ada 4 masalah utama yang sedang dihadapi oleh madrasah pada umumnya, yaitu :
1.   Masalah identitas diri madrasah, sehingga program pengembangannya sering kurang jelas dan terarah.
2.   Masalah jenis pendidikan yan dipilih sebagai alternatif dasar yang akan dikelola untuk menciptakan satu sistem pendidikan yang masih memiliki titik tekan keagamaan yaitu Iman dan Taqwa tetapi ilmu pengetahuan dan teknologi tetap diberi porsi yang seimbang sebagai basis mengantisipasi perkembangan masyarakat yang semakin global.
3.   Semakin langkanya generasi muslim yang mampu menguasai ajaran islam, baik secara kuantitatif ataupun kualitatif, apalagi sampai menguasai totalitas ilmu agama yang menyangkut akidah, syariah, dan akhlaq.
4.   Masalah sumber daya internal yang ada dan pemanfaatannya bagi pengembangan madrasah sendiri di masa depan.
Keempat masalah tersebut intinya terkait dengan aspek manajerial, yaitu manajemen pengembangan madrasah yang belum bertolak dari visi dan misi serta tujuan dan sasaran yang jelas, sehingga pengelolaannya sering kurang terarah dan bahkan meninggalkan identitas madrasah sendiri.[7] Oleh karena itu diperlukan pengelolaan madrasah sehingga lebih terarah dalam pengembanganNya.
E.     Pengembangan Kurikulum di Madrasah
Kurikulum di madrasah perlu dikembangkan secara terpadu, dengan menjadikan ajaran dan nilai-nilai Islam sebagai petunjuk dan sumber konsultasi bagi pengembangan berbagai mata pelajaran umum, yang operasionalnya dapat dikembangkan dengan cara memfokuskan terhadap ajaran dan nilai-nilai islam ke dalam bidang studi IPA, IPS, dan sebagainya sehingga kesan dikotomis tidak terjadi.
Model pembelajarannya bisa dilaksanakan melalui team teaching, yakni guru bidang IPA, IPS, atau lainnya bekerjasama dengan guru pendidikan agama Islam untuk menyusun desain pembelajaran secara konkret dan detail, untuk diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran.
Madrasah perlu diupayakan untuk spiritualisasi pendidikan atau berupaya menginternalisasi nilai-nilai atau spirit agama melalui proses pendidikan ke dalam seluruh aspek pendidikan di madrasah. Hal ini dimaksudkan untuk memadukan nilai-nilai sains dan teknologi serta seni dengan keyakinan dan kesalehan dalam diri peserta didik. Ketika belajar biologi misalnya, maka pada waktu yang sama diharapkan pelajaran itu dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah, karena di dalam ajaran agama  diterangkan bahwa Tuhanlah yang telah menciptakan keanekaragaman di muka bumi ini dan semuannya tunduk pada hukumNya.
Kurikulum atau program pendidikan di dalam pendidikan madrasah perlu dirancang  dan diarahkan untuk membantu, membimbing, melatih serta mengajar dan menciptakan suasana agar peserta didik dapat mengembangkan dan meningkatkan kualitasnya baik itu IQ, EQ, ataupun SQ. Dalam mengembangkan ketiga kecerdasan itu tentunya masing-masing madrasah mempunyai cara tersendiri yang dilakukan. Misalnya dengan pembiasaan yang dilakukan di sekolah melalui pelajaran-pelajaran yang diajarkan.
Pengembangan semua bahan kajian atau mata pelajaran tersebut perlu  didukung oleh guru dan tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi personal religius, sosial religius, dan profesional religius, yang juga mengembangkan kualitas IQ, EQ, dan SQ serta didukung oleh media, sumber belajar , fasilitas,  dan dana yang memadai. Selain itu juga perlu diciptakan suasana lingkungan religius yang kondusif untuk mendukung pengembangan IQ, EQ, dan SQ serta pengembangan semua bahan kajian atau mata pelajaran tersebut.[8]


PENUTUP

A.       Kesimpulan
Dari penjelasan makalah kami diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.      Evaluasi kurikulum merupakan langkah sistematik yang dilakukan tentang manfaat, kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi, dan efektivitas suatu program.
2.      Model evaluasi kurikulum dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu model kualitatif dan model kuantitatif.
3.      Kegiatan evaluasi kurikulum tentunya mempunyai tujuan dan fungsi yang ingin dicapai, artinya dengan evaluasi kurikulum maka akan memberikan gambaran dan penjelasan mengenai pelaksanaan kurikulum tersebut.
4.      Manajemen pengembangan madrasah yang belum bertolak pada visi dan misi serta tujuan dan sasaran yang jelas, artinya madrasah perlu diupayakan untuk spiritualisasi pendidikan atau berupaya menginternalisasi nilai-nilai atau spirit agama melalui proses pendidikan ke dalam seluruh aspek pendidikan di madrasah.
5.      Kurikulum di madrasah perlu dikembangkan secara terpadu antara nilai-nilai Islam dengan pelajaran umum.



DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Hamid, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008)
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali Press, 2014)
Nurgiantoro, Burhan.Dasar-dasar Pengembanagan Kurikulum Sekolah, (Yoyakarta: BPFE, 1998)
Nurkancana, Wayan, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986)
Suharsimi Arikunto dan Cepe Safrudin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teorotis dan Praktis bagi Praktis Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997)
Zaini, Muhammad, Pengembangan Kurikulum Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi, (Yogyakarta: TERAS, 2009)






[1] Wayan Nurkancana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), hal. 1
[2] Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi, (Yogyakarta: TERAS, 2009), hal. 104
[3] Burhan Nurgiantoro, Dasar-dasar Pengembanagan Kurikulum Sekolah, (Yoyakarta: BPFE, 1998), hal. 191
[4] Suharsimi Arikunto dan Cepe Safrudin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teorotis dan Praktis bagi Praktis Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hal. 4
[6] Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 186-187.

[7] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), hlm. 183.
[8] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), hlm. 206.

1 comment:
Write comments
  1. Jammy Monkey Casino - Hotels - JRH Hub
    Browse 10,000 slot machines, 20 table 인천광역 출장안마 games 진주 출장마사지 and over 서귀포 출장안마 2000 gaming machines at the Jammy Monkey Casino. Book your room now 경상남도 출장안마 & 경상남도 출장안마 enjoy exclusive

    ReplyDelete

Translate

Flag Counter

Followers