Islam
merupakan agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw, sehingga membawa
bangsa Arab dari masa keterbelakangan menjadi bangsa yang maju dan terkenal
sampai sekarang ini. Pada masa perkembangannya, Islam mengalami beberapa kali
pergantian khalifah untuk meneruskan perjuangan menegakkan agama Allah yaitu
agama Islam, meskipun ada beberapa tahapan-tahapan pemerintahan yang ada, Islam
mengalami kemajuan dan juga mengalami kemunduran. Akan tetapi hal ini tidak menyurutkan Islam berkembang
dan dianut oleh banyak manusia di muka bumi ini. Setelah Nabi wafat maka dakwah
Islamiyah diteruskan oleh Khulafaurrasyidin, yaitu sahabat-sahabat Nabi yang
terdiri dari Abu Bakar, Umar bin Khatab, Ustman bin Affan, dan Ali bin Abi
Thalib. Mereka di pandang bijaksana, dapat mempimpin jalannya pemerintahan dan
mampu melanjutkan dakwah Islam.
Dakwah agama Islam dilanjutkan oleh para khalifah
sepeninggal nabi Muhammad SAW, salah satunya adalah khalifah Usman bin Affan.
Dalam kepepimpinan Usman, terdapat beberapa capaian peradaban baik dalam bidang
pemerintahan ataupun dalam bidang sosial masyarakat. Selain itu pencapaian pada
masa Usman juga dalam bidang pendidikan, yaitu dimulai dengan memberi kebebasan
bagi para sahabat untuk mengajarkan pendidikan Islam di wilayah-wilayah yang
sudah dikuasai pasa saat itu.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis mencoba
memaparkan beberapa capaian peradaban pada masa Usman bin Affan yang diawali
dengan sekilas mempelajari tentang biografi beliau, karena kehidupan Usman
sangat menarik dan penuh warna kaitannya dengan Rasulullah SAW.
PEMBAHASAN
A.
SEKILAS TENTANG USMAN
BIN AFFAN
Usman ibn ‘Affan ibn Abdillah ibn
Umayyah ibn ‘Abdi Syams ibn Abdi mannaf ibn Qushayi lahir pada tahun 576 M di
Thaif. Ibunya adalah Urwah, putrinya Ummu hakim al-Baidha,
putri Abdul muttalib, nenek nabi SAW. Ayahnya ‘Affan adalah seorang saudagar
yang kaya raya dari suku Quraisy-Umayyah. Nasab Usman melalui garis ibunya
bertemu dengan nasab nabi Muhammad SAW pada Abdi Manaf ibn Qushayi. Kalau Usman
bersambung melalui Abdul Muthalib ibn Hasyim ibn Abdi Manaf. Baik suku Umayyah
maupun suku Hasyim sejak sebelum Islam sudah mengadakan persaingan dan permusuhan yang
sangat keras. Nabi
berusaha mendamaikan kedua suku maupun suku-suku lain melalui ikatan perkawinan
dan juga untuk melancarkan dakwah Islam.[1]
Usman ibnu Affan dilahirkan di waktu Nabi
Muhammad berusia lima tahun. Atas seruan dan ajakan Abu Bakar Ash Shidiq, Usman
bin Affan menyatakan beriman dan masuk Islam. Sebelum dan sesudah agama Islam
datang, Usman bin Affan termasuk saudagar besar dan kaya raya.[2]
Kehidupan khalifah Usman bin
‘Affan benar-benar kehidupan yang sangat menarik dan penuh warna. Ia dilahirkan
dan tumbuh dewasa ditengah lingkungan kaum Quraisy, suku yang paling terhormat
di Makkah. Setelah dewasa ia menikahi putri Rosulullah, sayyidah Ruqayyah r.a.,
dan ketika Ruqayyah meninggal karena sakit yang dideritanya, Rosulullah
menikahkan Usman dengan Ummu Kulsum r.a. Usia pernikahan Usman dengan Ummu Kulsum
pun tidak berlangsung lama, karena pada tahun kesembilan hijriyah Allah
memanggil Ummu Kulsum. Seakan-akan Usman bin ‘Affan memang disiapkan untuk
terus-terusan menghadapi kesedihan. Karena beliau menikah dengan dua orang
putri Rosulullah SAW, yaitu Roqayyah dan Ummu Kulsum, sehingga ia mendapat
julukan Dzu al-Nurain.
Berdasarkan
silsilah ini, Usman bin Affan masih memiliki jalinan keluarga dengan
Rasulullah, yakni silsilah keturunan yang bertemu pada Abdul al-Manaf bin
Qushay al-Amawi al-Quraisy. Bahkan jalinan kekerabatan ini diperkuat lagi
dengan tali pernikahan yang menempatkan Dia sebagai menantu Rasulullah. Karena
itu, hubungannya dengan Rasulullah bukan hanya dalam hal keagamaan, tetapi juga
Dia adalah seorang keluarga dari Rasulullah, menantu dan saudara seagama. Utsman bin Affan masuk Islam melalui Abu Bakar dan termasuk
kelompok pertama yang masuk Islam. Rasulullah sangat mengaguminya karena
keserderhanaan, kesalehan, kedermawaan dan kepandaiannya menjaga kehormatan
diri, serta dikenal sebagai dahabat yang terbaik dalam bacaan al-Qur’an,
sehingga Rasulullah memberikan dua putrinya untuk dinikahi secara olehnya
berurutan. Setelah istrinya yang pertama dan ke dua meninggal dunia, Rasulullah
berkata, “Seandainya beliau mempunyai putri yang lain, pasti Dia telah
menikahkannya dengan Usman bin Affan.[3]
Kesetiaan dan
pengorbanan Usman bin Affan terhadap pengembangan Islam tidak dapat
diragukan, demikian pula kepada Rasulullah cintanya sangat mendalam. Dia melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik untuk
kepentingan Islam. Ia menderita penganiyaan bersama Nabi di tangan orang-orang
Quraisy, dan Dia menyertai emigran ke Abesinia bersama istrinya. Usman adalah
orang yang sangat kaya, dan dia menyerahkan kekayaan itu kepada Rasulullah
untuk dakwah agama Islam, di antaranya mendanai pembangunan Masjid, sumur di
Madinah dan memberikan bantuan keuangan yang paling besar dalam peperangan
Islam setelah Abu Bakar, sehingga Dia memproleh kedudukan yang terhormat di
antara para sahabat Rasulullah. Selama kedudukan Abu Bakar dan Umar bin
Khattab, Usman merupakan salah seorang dari penasehat dan pembantu utama di
dalam urusan negara.[4]
Rasulullah pernah
menunjuk Usman sebagai duta Rasululah pada saat perundingan antara pemimpin
Islam dan pemuka-pemuka Quraisy pada tahun 6 H ketika kaum muslimin hendak memasuki kota Makkah
untuk melaksanakan umrah dan terdengar kabar
bahwa Usman bin Affan dibunuh oleh orang-orang kafir Quraisy. Dia tidak kembali sampai pada malam hari, maka kaum muslimin
mengadakan sumpah setia untuk membela Usman bin Affan yang terkenal dengan “Bait’at al-Ridwan”.[5]
B.
CAPAIAN PERADABAN MASA
USMAN BIN AFFAN
Terdapat beberapa perkembangan peradaban
pada masa pemerintahan Usman Bin Affan, yaitu dapat kita
lihat pada masa pemerintahan dan sosial kemasyarakatan :
1.
Masa Pemerintahan
Para
pencatat sejarah membagi masa pemerintahan Utsman menjadi dua periode, yaitu
pada periode kemajuan dan periode kemunduran sampai ia terbunuh. Periode I,
pemerintahan Usman membawa kemajuan luar biasa berkat jasa panglima yang ahli
dan berkualitas dimana peta Islam sangat luas dan
bendera Islam berkibar dari
perbatasan Aljazair (Barqah Tripoli, Syprus di front al-maghrib bahkan ada
sumber menyatakan sampai ke Tunisia). Di al-maghrib, diutara sampai ke Aleppo
dan sebagian Asia kecil, di Timur laut sampai ke Mawara al-Nahar Transoxiana,
dan di Timur seluruh Persia bahkan sampai diperbatasan Balucistan (sekarang
wilayah Pakistan), serta Kabul dan Ghazni. Selain itu ia juga berhasil membentuk armada laut dengan
kapalnya yang kokoh dan menghalau serangan-serangan di laut tengah yang
dilancarkan oleh tentara Bizantium dengan kemenangan.
Pada periode ke II, kekuasaannya identik
dengan kemunduran dan kekacauan yang luar biasa sampai pada akhirnya Usman wafat. Sebagian ahli
sejarah menilai bahwa Usman melakukan nepotisme. Ia mengangkat sanak saudaranya
dalam jabatan-jabatan strategis yang paling besar dan paling banyak menyebabkan
suku-suku dan kabila-kabila lainnya merasakan pahitnya tindakan Usman tersebut.
Para pejabat dan para panglima era Umar hampir semuanya dipecat oleh Usman,
kemudian mengangkat dari keluarga sendiri yang tidak mampu dan tidak cakap
sebagai pengganti mereka. Adapun para pejabat Usman yang berasal dari famili
dan keluarga dekat, diantaranya Muawiyah bin Abi sofyan, Gubernur Syam, satu
suku dan keluarga dekat Usman.
Namun pada kenyataannya bukan seperti apa yang telah dituduhkan kepada
Usman, dengan berbagai alasan yang dapat dicatat atau digaris bawahi bahwa Usman
tidak melakukan nepotisme, diantaranya :
a) Para gubernur yang diangkat oleh Usman tidak semuanya family Usman.
Ada yang saudara atau anak asuh, ada yang saudara susuan, ada pula saudara tiri.
b) Ia mengangkat familinya tentunya atas pertimbangan dari beberapa
faktor yang melatarbelakanginya.
c) Meskipun sebagian pejabat diangkat dari kalangan family, namun mereka
semuanya punya reputasi yang tinggi dan memiliki kemampuan. Hanya saja faktor
ekonomi yang menyatukan untuk memprotes guna memperoleh hak mereka. Situasi ini
dimanfaatkan oleh orang oportunis menyebarkan isu sebagai modal bahwa Usman telah memberikan
jabatan-jabatan penting dan strategis kepada famili, yang akhirnya menyebabkan
khalifah Usman terbunuh.
Melihat fakta-fakta tersebut
diatas, jelas bahwa nepotisme Usman tidak terbukti. Karena pengangkatan
saudara-saudaranya itu berangkat dari profesionalisme kinerja mereka
dilapangan. Akan tetapi memang pada masa akhir kepemimpinan Usman, para
gubernur yang diangkat tersebut bertindak sewenang-wenang terutama dalam bidang
ekonomi. Mereka diluar kontrol Usman yang memang sudah berusia lanjut
sehingga rakyat menganggap hal tersebut
sebagai kegagalan Usman, sampai pada akhirnya Usman mati terbunuh.[6]
2. Sosial Masyarakat
Dalam hal ini
Ustman berkata : “Pada saat pencapaianku menjadi khalifah, aku adalah pemilik
kambing dan unta yang paling banyak di Arab. Hari ini aku
tidak ada unta kecuali yang digunakan dalam ibadah haji. Tentang
penyokong mereka, aku memberikan kepada mereka apapun yang dapat aku berikan
dari milikku pribadi. Tentang harta kekayaan negara, aku menganggapnya
tidak halal, baik bagi diriku sendiri maupun orang lain. Aku tidak mengambil
apa pun dari kekayaan negara, apa yang aku makan adalah hasil nafkahku
sendiri. Al-Hakim mengeluarkan hadis dari
Abdurrahman bin Samurah, dia berkata, Usman bin Affan menemui Nabi untuk
menyerahkan seribu dinar, ketika beliau sedang mempersiapkan pasukan perang
yang sedang menghadapi masa paceklik. Usman menyerahkan uang itu dirumah
beliau. Sambil membolak-balikkan uang itu, beliau bersabda, Usman tidak akan
melarat karena apa yang dikerjakannya setelah hari ini.[7]
C.
KONSEP PENDIDIKAN MASA
USMAN BIN AFFAN
Pada masa Khalifah Usman, pelaksanaan
pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa
ini hanya melanjutkan apa yang telah ada. Sedikit perubahan telah mewarnai
pelaksanaan pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan
Rosulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah di masa Khalifah Umar,
diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah-daerah yang mereka
sukai. Disitu mereka mengajarkan ilmu-ilmu yang dimilki dari Rosul langsung.
Kebijakan ini besar sekali artinya bagi pelaksanaan pendidikan Islam di daerah-daerah.
Sebelumnya, umat Islam di luar Madinah dan Mekkah, khususnya dari luar
Semenanjung Arab, harus menempuh perjalanan jauh yang melelahkan dan lama untuk
menuntut ilmu agama Islam di Madinah. Tetapi, dengan tersebarnya
sahabat-sahabat ke berbagai
daerah, meringkankan umat Islam untuk belajar Islam.[8]
Khalifah merasa sudah cukup dengan
pendidikan yang sudah berjalan. Satu usaha cemerlang yaitu menindaklanjuti
usulan Umar kepada Khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan tulisan ayat-ayat
al-Qur’an. Khalifah Usman memerintahnya agar mushaf yang dikumpulkan pada masa
Abu Bakar, disalin oleh Zaid bin Tsabit bersama Abdullah bin Zubair, Zaid bin
‘Ash , dan Abdurrahman bin Harits. Penyalinan ini dilatar belakangi oleh
perselisihan dalam membaca al-Qur’an. Khalifah Usman menyuruh penyalinan
tersebut.
Setelah selesai menyalin mushaf itu, Usman
memerintahkan para penulis al-Qur’an untuk menyalin kembali beberapa mushaf
untuk dikirimkan ke Mekkah, Kufah, Basrah dan Syam. Khalifah Usman sendiri
memegang satu mushaf yang disebut mushaf al-imam. Mushaf Abu Bakar dikembalikan
lagi ketempat penyimpanan semula, yaitu di rumah Hafsah. Khalifah Usman meminta
agar umat Islam memegang teguh apa yang tertulis di mushaf yang dikirimkan
kepada mereka, sedangkan mushaf yang sudah ada ditangan umat Islam segera
dikumpulkan dan dibakar untuk menghindari perselisihan bacaan al-Qur’an serta
menjaga keasliannya. Fungsi al-Qur’an sangat fundamental bagi sumber agama dan
ilmu-ilmu Islam. Oleh karena itu, menjaga keaslian al-Qur’an dengan menyalin
dan membukukannya merupakan suatu usaha demi perkembangan ilmu Islam yang akan
datang.[9]
Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa
Usman ini lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik
yang ingin menuntut dan belajar Islam dan dari segi pusat pendidikan juga lebih
banyak, sebab pada masa ini para sahabat memilih tempat yang mereka inginkan
untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat. Akhirnya sahabat Huzaifah bin
Yaman mengusulkan kepada Usman untuk menyeragamkan bacaan. Usman pun lalu
membentuk panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit untuk menyalin mushaf yang
disimpan oleh Hafsah dan menyeragamkan bacaan Qur’an. Perluasan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi sendiri dilakukan karena semakin
bertambah banyaknya umat muslim yang melaksanakan ibadah haji setiap tahunnya.
Pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran tidak mungkin dilakukan dengan cara menyamaratakan tetapi harus
diadakan pengklasifikasian yang rapih dan sistematis, disesuaikan dengan kemampuan dari para peserta
didiknya. Adapun metode yang digunakan adalah:
1. Golongan
pertama menggunakan metode ceramah, hafalan, dan latihan dengan mengemukakan
contoh – contoh dan peragaan.
2. Golongan kedua
menggunakan metode hafalan dan latihan
3. Golongan
ketiga menggunakan metode diskusi, ceramah, hafalan, tanya jawab
4. Golongan
keempat menggunakan metode ceramah, hafalan, Tanya jawab,
dan diskusi serta sedikit hafalan. Pendidikan dan pengajaran pada golongan ini
lebih bersifat pematangan dan pendalaman.
Dimasa Khulafaur
Rasyidin pusat-pusat pendidikan bukan hanya terdapat di Makkah dan Madinah, melainkan juga sudah
tersebar di berbagai daerah kekuasaan Islam lainnya. Adapun lembaga-lembaga pendidikan yang
digunakan masih sama dengan lembaga yang digunakan di zaman Rasulullah
Saw.yaitu masjid, Suffah, Kuttab, dan rumah.[10]
D.
ANALISIS KEKINIAN
Analisis kekinian dari penjelasan di atas
telah diketahui konsep pendidikan pada masa Usman Bin Affan yaitu dengan cara
guru diberikan keleluasaan pergi ke luar Madinah untuk langsung mendatangi
peserta didik dan mengajarkan ilmu-ilmu yang mereka dapat dari Rosulullah. Hal ini dapat memperbanyak pusat pendidikan, sebab pada masa
ini para sahabat memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan
pendidikan kepada masyarakat. Akhirnya sahabat Huzaifah bin Yaman mengusulkan kepada Usman
untuk menyeragamkan bacaan. Tujuannya agar para
guru yang tersebar di luar Madinah dalam memberikan ilmu-ilmu yang ada di dalam
Al-Qur’an tidak berbeda dengan guru yang tersebar di daerah lain.
Di era modern ini telah banyak pula lembaga
- lembaga belajar yang memiliki system guru datang kerumah peserta didik, alasannya
sama seperti pada zaman Usman Bin Affan yaitu untuk mempermudah peserta didik
dalam mendapatkan ilmu. Metode dalam mengajar dengan tidak menyamaratakan
kemampuan peserta didik sampai saat ini masih digunakan. Semua lembaga
pendidikan telah menerapkan pengklasifikasian ini, seperti untuk masuk dalam
Sekolah Dasar kelas 1, menteri pendidikan nasional telah mengeluarkan peraturan
tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-Kanak, Raudhatul Athfal, Bustanul
Athfal dan Sekolah, Madrasah sebagai
salah satu dasar hukum tentang batas usia paling rendah maupun usia paling
tinggi dari peserta didik, siswa baru TK,
SD, SMP, maupun SMA dan sederajad.
Metode yang
digunakan di zaman Usman untuk mengajarkan peserta didik pada golongan pertama
yaitu ceramah, hafalan, dan latihan dengan mengemukakan contoh – contoh
dan peragaan. Relevan dengan metode pengajaran yang
telah diterapkan saat ini, untuk anak usia dini yang masuk dalam golongan
pertama yaitu cara mengajar dengan lebih banyak memberikan contoh atau dengan
gerakan/peragaan, misalnya gerakan sholat. Karena pada dasarnya anak usia dini
dalam menangkap pembelajaran masih pada tahap meniru. Tetapi tidak lupa pula
untuk di selipkan alasan-alasan mengapa hal itu harus dilakukan hal ini juga
dapat memperkuat pondasi agama mereka. Keempat golongan tersebut dapat
diterapkan sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta didik.
KESIMPULAN
Usman ibn ‘Affan ibn Abdillah ibn
Umayyah ibn ‘Abdi Syams ibn Abdi mannaf ibn Qushayi lahir pada tahun 576 M di
Thaif. Ibunya adalah Urwah, putrinya Ummu hakim al-Baidha,
putri Abdul muttalib, nenek nabi SAW, Ayahnya bernama ‘Affan.
Usman bin Affan adalah sahabat nabi dan
juga dalam Khulafaur Rasyidin ketiga.
Beliau dikenal sebagai pedagang kaya raya dan ekonomi yang handal dan terkenal kedermawanya. Banyak bantuan
ekonomi yang diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Beliau mendapat julukan
Dzunnurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena beliau telah menikahi puteri
kedua dan ketiga dari Rasullah Saw yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum.
Proses pelaksanaan pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan dan
lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan
belajar Islam dan dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa
ini para sahabat memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan
pendidikan kepada masyarakat.
Dimasa Khulafaur
Rasyidin pusat-pusat pendidikan bukan hanya terdapat di Mekkah dan Madinah,
melainkan juga sudah tersebar di berbagai daerah kekuasaan Islam lainnya. Adapun lembaga-lembaga pendidikan yang
digunakan masih sama dengan lembaga yang digunakan di zaman Rasulullah Saw.yaitu
masjid, Suffah, Kuttab, dan rumah.
Penggunaan metode-metode yang terbagi ke
dalam 4 golongan untuk mengajarkan dan mengefektifkan pola pembelajaran yang
diberikan kepada masyarakat, agar lebih mudah diterima oleh mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Siti Maryam, dkk. 2013, Sejarah Peradaban Islam dari
Masa Klasik hingga Modern, Yogyakarta : SPI Fakultas Adab IAIN Sunan
Kalijaga kerjasama dengan LESFI
Jaih Mubarok, 2005, Sejaran Peradaban Islam, Bandung
: Pustaka Bani Quraisy
Asrohah, Hanun.
1999. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu.
Hasan, Ibrahim. 2001. Tarikh al-Islam As Siyasiwa wa ats wa al utima, diterjemahkan oleh A. Baharuddin, dengan judul Sejarah
Kebudayaan Islam.
Jakarta : Kalam
Mulia.
Ismail, Faisal. 1983. Sejarah Dan Kebudayaan Islam.
Yogyakarta : CV. Bina Usaha.
Mahmudunnasir, Syed. 1994. it’s
concepts & History, diterjemahkan
oleh Adang Afandi dengan judul Islam dan Konsepsi Sejarahnya. Bandung : Remaja
Rosda Karya.
Abdullah, Amin. 2007. Sejarah
Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta : Pustaka Book
Publisher.
Abudin, Nata. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta :
Media Group.
Al-Usairy, Ahmad. 2003. Sejarah
Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX.
Jakarta : Akbar
Media Eka Sarana.
Nizar, Syamsul. 2008. Sejarah
Pendidikan Islam. Jakarta : Prenada Media.
Yusuf, Muhammad
Al-Kandahlawy. 2003. Sirah Sahabat. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.
Yatim,
Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta
: PT Raja Grafindo Persada.
Zuhraini. 1997. Sejarah
Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi
Aksara.
[3] Usman bin Aggan di helar dengan Dzun Nur Ain yang
berarti orang yang dapat anugrah memperistri dua putri Rasulullah. Lihat Syed
Mahmudunnasir, it’s concepts & History, diterjemahkan oleh Adang Afandi
dengan judl Islam dan Konsepsi Sejarahnya (Cet. IV bandung, Remaja Rosda Karya,
1994), hlm. 185
[5] Ahmad al-Usairy, al-Tharikh al-Islamy, diterjemahkan
oleh Samson Rahman dengan judul Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad
XX. (Jakarta, Akbar Media Eka Sarana, 2003) hlm. 165
[6]Abdullah, Amin, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta:
Pustaka Book Publisher), hlm.90-91
[7] Muhammad Yusuf Al-Kandahlawy, Sirah Sahabat, (Jakarta
Timur: Pustaka Al-Kautsar ,2003), hlm. 223
No comments:
Write comments