Wednesday, March 1, 2017

ASPEK PENDIDIKAN DALAM BANGUNAN PERADABAN PADA MASA USMAN BIN AFFAN


Islam merupakan agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw, sehingga membawa bangsa Arab dari masa keterbelakangan menjadi bangsa yang maju dan terkenal sampai sekarang ini. Pada masa perkembangannya, Islam mengalami beberapa kali pergantian khalifah untuk meneruskan perjuangan menegakkan agama Allah yaitu agama Islam, meskipun ada beberapa tahapan-tahapan pemerintahan yang ada, Islam mengalami kemajuan dan juga mengalami kemunduran. Akan tetapi hal ini tidak menyurutkan Islam berkembang dan dianut oleh banyak manusia di muka bumi ini. Setelah Nabi wafat maka dakwah Islamiyah diteruskan oleh Khulafaurrasyidin, yaitu sahabat-sahabat Nabi yang terdiri dari Abu Bakar, Umar bin Khatab, Ustman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Mereka di pandang bijaksana, dapat mempimpin jalannya pemerintahan dan mampu melanjutkan dakwah Islam.

Dakwah agama Islam dilanjutkan oleh para khalifah sepeninggal nabi Muhammad SAW, salah satunya adalah khalifah Usman bin Affan. Dalam kepepimpinan Usman, terdapat beberapa capaian peradaban baik dalam bidang pemerintahan ataupun dalam bidang sosial masyarakat. Selain itu pencapaian pada masa Usman juga dalam bidang pendidikan, yaitu dimulai dengan memberi kebebasan bagi para sahabat untuk mengajarkan pendidikan Islam di wilayah-wilayah yang sudah dikuasai pasa saat itu.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis mencoba memaparkan beberapa capaian peradaban pada masa Usman bin Affan yang diawali dengan sekilas mempelajari tentang biografi beliau, karena kehidupan Usman sangat menarik dan penuh warna kaitannya dengan Rasulullah SAW.


PEMBAHASAN

A.    SEKILAS TENTANG USMAN BIN AFFAN

Usman ibn ‘Affan ibn Abdillah ibn Umayyah ibn ‘Abdi Syams ibn Abdi mannaf ibn Qushayi lahir pada tahun 576 M di Thaif. Ibunya adalah Urwah, putrinya Ummu hakim al-Baidha, putri Abdul muttalib, nenek nabi SAW. Ayahnya ‘Affan adalah seorang saudagar yang kaya raya dari suku Quraisy-Umayyah. Nasab Usman melalui garis ibunya bertemu dengan nasab nabi Muhammad SAW pada Abdi Manaf ibn Qushayi. Kalau Usman bersambung melalui Abdul Muthalib ibn Hasyim ibn Abdi Manaf. Baik suku Umayyah maupun suku Hasyim sejak sebelum Islam sudah mengadakan persaingan dan permusuhan yang sangat keras. Nabi berusaha mendamaikan kedua suku maupun suku-suku lain melalui ikatan perkawinan dan juga untuk melancarkan dakwah Islam.[1]
Usman ibnu Affan dilahirkan di waktu Nabi Muhammad berusia lima tahun. Atas seruan dan ajakan Abu Bakar Ash Shidiq, Usman bin Affan menyatakan beriman dan masuk Islam. Sebelum dan sesudah agama Islam datang, Usman bin Affan termasuk saudagar besar dan kaya raya.[2]
Kehidupan khalifah Usman bin ‘Affan benar-benar kehidupan yang sangat menarik dan penuh warna. Ia dilahirkan dan tumbuh dewasa ditengah lingkungan kaum Quraisy, suku yang paling terhormat di Makkah. Setelah dewasa ia menikahi putri Rosulullah, sayyidah Ruqayyah r.a., dan ketika Ruqayyah meninggal karena sakit yang dideritanya, Rosulullah menikahkan Usman dengan Ummu Kulsum r.a. Usia pernikahan Usman dengan Ummu Kulsum pun tidak berlangsung lama, karena pada tahun kesembilan hijriyah Allah memanggil Ummu Kulsum. Seakan-akan Usman bin ‘Affan memang disiapkan untuk terus-terusan menghadapi kesedihan. Karena beliau menikah dengan dua orang putri Rosulullah SAW, yaitu Roqayyah dan Ummu Kulsum, sehingga ia mendapat julukan Dzu al-Nurain.
Berdasarkan silsilah ini, Usman bin Affan masih memiliki jalinan keluarga dengan Rasulullah, yakni silsilah keturunan yang bertemu pada Abdul al-Manaf bin Qushay al-Amawi al-Quraisy. Bahkan jalinan kekerabatan ini diperkuat lagi dengan tali pernikahan yang menempatkan Dia sebagai menantu Rasulullah. Karena itu, hubungannya dengan Rasulullah bukan hanya dalam hal keagamaan, tetapi juga Dia adalah seorang keluarga dari Rasulullah, menantu dan saudara seagama. Utsman bin Affan masuk Islam melalui Abu Bakar dan termasuk kelompok pertama yang masuk Islam. Rasulullah sangat mengaguminya karena keserderhanaan, kesalehan, kedermawaan dan kepandaiannya menjaga kehormatan diri, serta dikenal sebagai dahabat yang terbaik dalam bacaan al-Qur’an, sehingga Rasulullah memberikan dua putrinya untuk dinikahi secara olehnya berurutan. Setelah istrinya yang pertama dan ke dua meninggal dunia, Rasulullah berkata, “Seandainya beliau mempunyai putri yang lain, pasti Dia telah menikahkannya dengan Usman bin Affan.[3]
Kesetiaan dan pengorbanan Usman bin Affan terhadap  pengembangan Islam tidak dapat diragukan, demikian pula kepada Rasulullah cintanya sangat mendalam. Dia melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik untuk kepentingan Islam. Ia menderita penganiyaan bersama Nabi di tangan orang-orang Quraisy, dan Dia menyertai emigran ke Abesinia bersama istrinya. Usman adalah orang yang sangat kaya, dan dia menyerahkan kekayaan itu kepada Rasulullah untuk dakwah agama Islam, di antaranya mendanai pembangunan Masjid, sumur di Madinah dan memberikan bantuan keuangan yang paling besar dalam peperangan Islam setelah Abu Bakar, sehingga Dia memproleh kedudukan yang terhormat di antara para sahabat Rasulullah.  Selama kedudukan Abu Bakar dan Umar bin Khattab, Usman merupakan salah seorang dari penasehat dan pembantu utama di dalam urusan negara.[4]
Rasulullah pernah menunjuk Usman sebagai duta Rasululah pada saat perundingan antara pemimpin Islam dan pemuka-pemuka Quraisy pada tahun 6 H ketika kaum muslimin hendak memasuki kota Makkah untuk melaksanakan umrah dan terdengar kabar bahwa Usman bin Affan dibunuh oleh orang-orang kafir Quraisy. Dia tidak kembali sampai pada malam hari, maka kaum muslimin mengadakan sumpah setia untuk membela Usman bin Affan yang terkenal dengan “Bait’at al-Ridwan”.[5]

B.     CAPAIAN PERADABAN MASA USMAN BIN AFFAN
Terdapat beberapa perkembangan peradaban pada masa pemerintahan Usman Bin Affan, yaitu dapat kita lihat pada masa pemerintahan dan sosial kemasyarakatan :

1.      Masa Pemerintahan
Para pencatat sejarah membagi masa pemerintahan Utsman menjadi dua periode, yaitu pada periode kemajuan dan periode kemunduran sampai ia terbunuh. Periode I, pemerintahan Usman membawa kemajuan luar biasa berkat jasa panglima yang ahli dan berkualitas dimana peta Islam sangat luas dan bendera Islam berkibar dari perbatasan Aljazair (Barqah Tripoli, Syprus di front al-maghrib bahkan ada sumber menyatakan sampai ke Tunisia). Di al-maghrib, diutara sampai ke Aleppo dan sebagian Asia kecil, di Timur laut sampai ke Mawara al-Nahar Transoxiana, dan di Timur seluruh Persia bahkan sampai diperbatasan Balucistan (sekarang wilayah Pakistan), serta Kabul dan Ghazni. Selain itu ia juga berhasil membentuk armada laut dengan kapalnya yang kokoh dan menghalau serangan-serangan di laut tengah yang dilancarkan oleh tentara Bizantium dengan kemenangan.
Pada periode ke II, kekuasaannya identik dengan kemunduran dan kekacauan yang luar biasa sampai pada akhirnya Usman wafat. Sebagian ahli sejarah menilai bahwa Usman melakukan nepotisme. Ia mengangkat sanak saudaranya dalam jabatan-jabatan strategis yang paling besar dan paling banyak menyebabkan suku-suku dan kabila-kabila lainnya merasakan pahitnya tindakan Usman tersebut. Para pejabat dan para panglima era Umar hampir semuanya dipecat oleh Usman, kemudian mengangkat dari keluarga sendiri yang tidak mampu dan tidak cakap sebagai pengganti mereka. Adapun para pejabat Usman yang berasal dari famili dan keluarga dekat, diantaranya Muawiyah bin Abi sofyan, Gubernur Syam, satu suku dan keluarga dekat Usman.
Namun pada kenyataannya bukan seperti apa yang telah dituduhkan kepada Usman, dengan berbagai alasan yang dapat dicatat atau digaris bawahi bahwa Usman tidak melakukan nepotisme, diantaranya :
a) Para gubernur yang diangkat oleh Usman tidak semuanya family Usman. Ada yang saudara atau anak asuh, ada yang saudara susuan, ada pula saudara tiri.
b) Ia mengangkat familinya tentunya atas pertimbangan dari beberapa faktor yang melatarbelakanginya.
c) Meskipun sebagian pejabat diangkat dari kalangan family, namun mereka semuanya punya reputasi yang tinggi dan memiliki kemampuan. Hanya saja faktor ekonomi yang menyatukan untuk memprotes guna memperoleh hak mereka. Situasi ini dimanfaatkan oleh orang oportunis menyebarkan isu sebagai modal bahwa Usman telah memberikan jabatan-jabatan penting dan strategis kepada famili, yang akhirnya menyebabkan khalifah Usman terbunuh.
 Melihat fakta-fakta tersebut diatas, jelas bahwa nepotisme Usman tidak terbukti. Karena pengangkatan saudara-saudaranya itu berangkat dari profesionalisme kinerja mereka dilapangan. Akan tetapi memang pada masa akhir kepemimpinan Usman, para gubernur yang diangkat tersebut bertindak sewenang-wenang terutama dalam bidang ekonomi. Mereka diluar kontrol Usman yang memang sudah berusia lanjut sehingga  rakyat menganggap hal tersebut sebagai kegagalan Usman, sampai pada akhirnya Usman mati terbunuh.[6]
2.      Sosial Masyarakat
Dalam hal ini Ustman berkata : “Pada saat pencapaianku menjadi khalifah, aku adalah pemilik kambing dan unta yang paling banyak di Arab. Hari ini aku tidak ada unta kecuali yang digunakan dalam ibadah haji. Tentang penyokong mereka, aku memberikan kepada mereka apapun yang dapat aku berikan dari milikku pribadi. Tentang harta kekayaan negara, aku menganggapnya tidak halal, baik bagi diriku sendiri maupun orang lain. Aku tidak mengambil apa pun dari kekayaan negara, apa yang aku makan adalah hasil nafkahku sendiri. Al-Hakim mengeluarkan hadis dari Abdurrahman bin Samurah, dia berkata, Usman bin Affan menemui Nabi untuk menyerahkan seribu dinar, ketika beliau sedang mempersiapkan pasukan perang yang sedang menghadapi masa paceklik. Usman menyerahkan uang itu dirumah beliau. Sambil membolak-balikkan uang itu, beliau bersabda, Usman tidak akan melarat karena apa yang dikerjakannya setelah hari ini.[7]

C.    KONSEP PENDIDIKAN MASA USMAN BIN AFFAN
Pada masa Khalifah Usman, pelaksanaan pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada. Sedikit perubahan telah mewarnai pelaksanaan pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rosulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah di masa Khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah-daerah yang mereka sukai. Disitu mereka mengajarkan ilmu-ilmu yang dimilki dari Rosul langsung. Kebijakan ini besar sekali artinya bagi pelaksanaan pendidikan Islam di daerah-daerah. Sebelumnya, umat Islam di luar Madinah dan Mekkah, khususnya dari luar Semenanjung Arab, harus menempuh perjalanan jauh yang melelahkan dan lama untuk menuntut ilmu agama Islam di Madinah. Tetapi, dengan tersebarnya sahabat-sahabat ke berbagai daerah, meringkankan umat Islam untuk belajar Islam.[8]
Khalifah merasa sudah cukup dengan pendidikan yang sudah berjalan. Satu usaha cemerlang yaitu menindaklanjuti usulan Umar kepada Khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan tulisan ayat-ayat al-Qur’an. Khalifah Usman memerintahnya agar mushaf yang dikumpulkan pada masa Abu Bakar, disalin oleh Zaid bin Tsabit bersama Abdullah bin Zubair, Zaid bin ‘Ash , dan Abdurrahman bin Harits. Penyalinan ini dilatar belakangi oleh perselisihan dalam membaca al-Qur’an. Khalifah Usman menyuruh penyalinan tersebut.
Setelah selesai menyalin mushaf itu, Usman memerintahkan para penulis al-Qur’an untuk menyalin kembali beberapa mushaf untuk dikirimkan ke Mekkah, Kufah, Basrah dan Syam. Khalifah Usman sendiri memegang satu mushaf yang disebut mushaf al-imam. Mushaf Abu Bakar dikembalikan lagi ketempat penyimpanan semula, yaitu di rumah Hafsah. Khalifah Usman meminta agar umat Islam memegang teguh apa yang tertulis di mushaf yang dikirimkan kepada mereka, sedangkan mushaf yang sudah ada ditangan umat Islam segera dikumpulkan dan dibakar untuk menghindari perselisihan bacaan al-Qur’an serta menjaga keasliannya. Fungsi al-Qur’an sangat fundamental bagi sumber agama dan ilmu-ilmu Islam. Oleh karena itu, menjaga keaslian al-Qur’an dengan menyalin dan membukukannya merupakan suatu usaha demi perkembangan ilmu Islam yang akan datang.[9]
Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam dan dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para sahabat memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat. Akhirnya sahabat Huzaifah bin Yaman mengusulkan kepada Usman untuk menyeragamkan bacaan. Usman pun lalu membentuk panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit untuk menyalin mushaf yang disimpan oleh Hafsah dan menyeragamkan bacaan Qur’an. Perluasan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi sendiri dilakukan karena semakin bertambah banyaknya umat muslim yang melaksanakan ibadah haji setiap tahunnya.
Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran tidak mungkin dilakukan dengan cara menyamaratakan tetapi harus diadakan pengklasifikasian yang rapih dan sistematis, disesuaikan dengan kemampuan dari para peserta didiknya. Adapun metode yang digunakan adalah:

1.      Golongan pertama menggunakan metode ceramah, hafalan, dan latihan dengan mengemukakan contoh – contoh dan peragaan.
2.      Golongan kedua menggunakan metode hafalan dan latihan
3.      Golongan ketiga menggunakan metode diskusi, ceramah, hafalan, tanya jawab
4.      Golongan keempat menggunakan metode ceramah, hafalan, Tanya jawab, dan diskusi serta sedikit hafalan. Pendidikan dan pengajaran pada golongan ini lebih bersifat pematangan dan pendalaman.
Dimasa Khulafaur Rasyidin pusat-pusat pendidikan bukan hanya terdapat di Makkah dan Madinah, melainkan juga sudah tersebar di berbagai daerah kekuasaan Islam lainnya.  Adapun lembaga-lembaga pendidikan yang digunakan masih sama dengan lembaga yang digunakan di zaman Rasulullah Saw.yaitu masjid, Suffah, Kuttab, dan rumah.[10]


D.    ANALISIS KEKINIAN

Analisis kekinian dari penjelasan di atas telah diketahui konsep pendidikan pada masa Usman Bin Affan yaitu dengan cara guru diberikan keleluasaan pergi ke luar Madinah untuk langsung mendatangi peserta didik dan mengajarkan ilmu-ilmu yang mereka dapat dari Rosulullah. Hal ini dapat memperbanyak pusat pendidikan, sebab pada masa ini para sahabat memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat. Akhirnya sahabat Huzaifah bin Yaman mengusulkan kepada Usman untuk menyeragamkan bacaan. Tujuannya agar para guru yang tersebar di luar Madinah dalam memberikan ilmu-ilmu yang ada di dalam Al-Qur’an tidak berbeda dengan guru yang tersebar di daerah lain.
Di era modern ini telah banyak pula lembaga - lembaga belajar yang memiliki system guru datang kerumah peserta didik, alasannya sama seperti pada zaman Usman Bin Affan yaitu untuk mempermudah peserta didik dalam mendapatkan ilmu. Metode dalam mengajar dengan tidak menyamaratakan kemampuan peserta didik sampai saat ini masih digunakan. Semua lembaga pendidikan telah menerapkan pengklasifikasian ini, seperti untuk masuk dalam Sekolah Dasar kelas 1, menteri pendidikan nasional telah mengeluarkan peraturan tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-Kanak, Raudhatul Athfal, Bustanul Athfal dan Sekolah, Madrasah sebagai salah satu dasar hukum tentang batas usia paling rendah maupun usia paling tinggi dari peserta didik, siswa baru TK, SD, SMP, maupun SMA dan sederajad.
Metode yang digunakan di zaman Usman untuk mengajarkan peserta didik pada golongan pertama yaitu ceramah, hafalan, dan latihan dengan mengemukakan contoh – contoh dan peragaan. Relevan dengan metode pengajaran yang telah diterapkan saat ini, untuk anak usia dini yang masuk dalam golongan pertama yaitu cara mengajar dengan lebih banyak memberikan contoh atau dengan gerakan/peragaan, misalnya gerakan sholat. Karena pada dasarnya anak usia dini dalam menangkap pembelajaran masih pada tahap meniru. Tetapi tidak lupa pula untuk di selipkan alasan-alasan mengapa hal itu harus dilakukan hal ini juga dapat memperkuat pondasi agama mereka. Keempat golongan tersebut dapat diterapkan sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta didik.


KESIMPULAN

Usman ibn ‘Affan ibn Abdillah ibn Umayyah ibn ‘Abdi Syams ibn Abdi mannaf ibn Qushayi lahir pada tahun 576 M di Thaif. Ibunya adalah Urwah, putrinya Ummu hakim al-Baidha, putri Abdul muttalib, nenek nabi SAW, Ayahnya bernama ‘Affan.
Usman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga dalam Khulafaur Rasyidin ketiga. Beliau dikenal sebagai pedagang kaya raya dan ekonomi yang handal dan terkenal kedermawanya. Banyak bantuan ekonomi yang diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Beliau mendapat julukan Dzunnurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena beliau telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah Saw yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum.
Proses pelaksanaan pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam dan dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para sahabat memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.
Dimasa Khulafaur Rasyidin pusat-pusat pendidikan bukan hanya terdapat di Mekkah dan Madinah, melainkan juga sudah tersebar di berbagai daerah kekuasaan Islam lainnya.  Adapun lembaga-lembaga pendidikan yang digunakan masih sama dengan lembaga yang digunakan di zaman Rasulullah Saw.yaitu masjid, Suffah, Kuttab, dan rumah.
Penggunaan metode-metode yang terbagi ke dalam 4 golongan untuk mengajarkan dan mengefektifkan pola pembelajaran yang diberikan kepada masyarakat, agar lebih mudah diterima oleh mereka.



DAFTAR PUSTAKA

Siti Maryam, dkk. 2013, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern, Yogyakarta : SPI Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga kerjasama dengan LESFI
Jaih Mubarok, 2005, Sejaran Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Bani Quraisy
Asrohah, Hanun.  1999. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu.
Hasan, Ibrahim. 2001. Tarikh  al-Islam As Siyasiwa wa ats wa al utima, diterjemahkan oleh A. Baharuddin, dengan judul Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta : Kalam Mulia.
Ismail, Faisal. 1983. Sejarah Dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta : CV. Bina Usaha.
Mahmudunnasir, Syed.  1994. it’s concepts & History, diterjemahkan oleh Adang Afandi dengan judul Islam dan Konsepsi Sejarahnya. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Abdullah, Amin. 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta : Pustaka Book Publisher.
Abudin, Nata. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Media Group.
Al-Usairy, Ahmad. 2003. Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta : Akbar Media Eka Sarana.
Nizar, Syamsul. 2008. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Prenada Media.
Yusuf, Muhammad Al-Kandahlawy. 2003. Sirah Sahabat. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.
Yatim, Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Zuhraini. 1997. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.



[1] Jaih Mubarok, Sejaran Peradaban Islam, (Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2005), hlm. 51
[2] Faisal ismail, Sejarah Dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta : CV. Bina Usaha ,1983), hlm.119
[3] Usman bin Aggan di helar dengan Dzun Nur Ain yang berarti orang yang dapat anugrah memperistri dua putri Rasulullah. Lihat Syed Mahmudunnasir, it’s concepts & History, diterjemahkan oleh Adang Afandi dengan judl Islam dan Konsepsi Sejarahnya (Cet. IV bandung, Remaja Rosda Karya, 1994), hlm. 185
[4] Mahmudunnasir, It’s Concept & History, (Bandung: Rosdakarya, 1994), hlm. 185
[5] Ahmad al-Usairy, al-Tharikh al-Islamy, diterjemahkan oleh Samson Rahman dengan judul Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. (Jakarta, Akbar Media Eka Sarana, 2003) hlm. 165
[6]Abdullah, Amin, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher), hlm.90-91

[7] Muhammad Yusuf Al-Kandahlawy, Sirah Sahabat, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar ,2003), hlm. 223
[8] Hanun, Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), Hlm.18

[9]Ibid, hlm.19
[10] Nata, Abudin, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Media Group, 2011), hlm. 123

No comments:
Write comments

Translate

Flag Counter

Followers