1 . Problem
Dikotomi ilmu ke dalam ilmu agama dan non-agama sudah terjadi sejak
dulu dan bukan merupakan hal yang baru lagi. Dikotomi tidak menimbulkan terlalu
banyak problem ke dalam sistem pendidikan Islam. Ketika ilmu-ilmu sekuler
positivistic diperkenalkan ke dunia Islam lewat Imperialisme Barat, terjadilah
dikotomi yang sangat ketat antara ilmu-ilmu agama.
Di sekolah-sekolah umum terjadi pemisahan yang ketat antara
ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama. Selanjutnya yang muncul dalam dikotomi ilmu
adalah timbulnya kesejangan tentang sumber ilmu antara ilmu-ilmu agama dan
ilmu-ilmu umum. Harus ada upaya untuk mengatasi problem dikotomi ilmu ini.
Satu-satunya sumber
yang mencapai kebenaran adalah kitab suci dan Sunnah nabi.
Dikotomi ilmu dapat menimbulkan problem yang berkenaan dengan
objek-objek ilmu untuk sebuah disiplin ilmu.
Problem lainnya yang sangat potensial muncul dari dikotomi adalah
munculnya disintegrasi pada klasifikasi ilmu. Problem selanjutnya yang timbul
dari dikotomi adalah menyangkit metodologi ilmiah.
Inilah beberapa problem fundamental
yang sangat mungkin timbul dari dikotomi ilmu.
2.
Tauhid : Prinsip Utama Integrasi Ilmu
Tauhid menjadi prinsip yang paling dasar dari ajaran Islam,
kaitannya dengan integrasi ilmu telah menjadi prinsip yang paling utama dari prinsip-prinsip epistimologi Islam.
Menurut para teolog, fuqaha, sufi, filofof, dan ahli tafsir mempunyai perbedaan
dalam mengartikan konsep Tuhid. Pata teolog dan fuqaha mengartikannya sebagai
“tidak ada tuhan yang wajib disembah kecuali Allah”,
Para filosof muslim mempunyai tafsir mereka sendiri tentang keesaan
Tuhan (Tauhid). Keesaan Tuhan bagi mereka haruslah simple dan tidak boleh tersusun dari apapun kecuali
dzat-Nya sendiri.
Konsep wahdah al-wujud diadopsi dari konsep sufi. Filosof muslim
Ibn Sina mengatakan bahwa pada dirinya adalah mukmin al-wujud yang artiya wujud-wujud
yang mungkin, dan dengan itu dia maksudkan sebagai wujud potensial. Jadi dalam
pandangan tokoh Muslim ini pada dirinya
alam hanyalah sebuah potensi bukan
aktualitas.
Dari pandangan yang ada konsep wahdah al-wujud paling cocok untuk
dijadikan sebagai jenis integrasi ilmu. Konsep ini dapat menjadi basis
integrasi bagi metode ilmiah.
3.
Basis Integrasi Ilmu-Ilmu Agama dan Umum
Ilmuan-ilmuan muslim percaya sepenuhnya bahwa sumber dari segala
ilmu adalah Allah. Tujuan dari ilmu adalah untuk mengetahui sesuatu bagaimana
adanya, yang berarti untuk mengetahui kebenaran sejati, maka Tuhan sebagai
kebenaran sejati tentu merupakan sumber dari segala kebenaran lainnya, termasuk
realitas-realitas ilmu.
Sumber utama dari ilmu-ilmu agama adalah kitab suci, dan sumber
dari ilmu-ilmu umum adalah alam semesta.
Metode ta’wil atau hermeneutic digunakan sebagai sarana untuk
mengatasi diskrepansi antara kitab suci dengan kebenaran-kebanaran ilmiah.
Dengan metode ini, pertentangan antara kitab suci dan kebenaran ilmiah dapat
diatasi. Untuk fenomena alam digunakan metode observasi atau eksperimen
(tajribi).
Sifat atau karakteristik ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum telah
menjadikan metodologi yang berbeda dan klasifikasi ilmu yang berbeda.
Dari Buku Karangan Dr. Mulyadi “INTEGRASI ILMU Sebuah
Rekonstruksi Holistik”
No comments:
Write comments